
Sekadar informasi, eskalasi perang dagang antara AS dan China kian mencuat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menaikkan bea masuk impor produk China dari 10 persen menjadi 25 persen pada Jumat mendatang.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan perang dagang sejatinya akan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke China. Sebab, selama ini ekspor Indonesia ke China berupa komoditas, yang sedianya akan diolah lagi oleh industri China.
Jika China kehilangan daya ekspornya, ada kemungkinan permintaan impor dari Indonesia akan berkurang, sehingga kinerja ekspor Indonesia bisa tertekan.
Namun menurut Arlinda, Indonesia tak boleh menyerah dengan keadaan. Terlebih, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit dengan China. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I menunjukkan defisit US$5,18 miliar atau melebar dibanding tahun sebelumnya, yakni US$3,82 miliar.
Ke depan, Kemendag akan melakukan strategi berbeda agar ekspor Indonesia masih bisa merangsek pasar China.
"Jadi kami tetap akan masuk ke pasar China dengan bermain di ekspor-ekspor yang bentuknya ritel. Memang misi dagang seperti ini yang harus dikedepankan, karena mendukung Usaha Kecil dan Menengah," jelas Arlinda, Kamis (9/5).
Untuk mempromosikan ekspor tersebut, pemerintah akan melakukan serangkaian promosi dagang di China. Salah satunya dengan menyelenggarakan pameran.
Rencananya, ada dua pameran perdagangan yang akan diikuti Kemendag di China, yakni Nanning Trade Fair dan Shanghai Expo.
Menurut dia, dua pameran itu menyumbang nilai ekspor yang signifikan bagi Indonesia. Ia mencontoh Shanghai Trade Fair tahun lalu, di mana Indonesia berhasil membukukan ekspor sebesar US$760 juta.
"Kami juga berharap dari Trade Expo Indonesia 16 hingga 20 Oktober mendatang, di mana kami sudah bekerja sama dengan perwakilan dagang kami di luar negeri agar semakin banyak buyer yang mampir," jelas dia.
Di sisi lain, pemerintah juga ingin mempertahankan kinerja neraca perdagangan dengan AS yang selama ini tercatat surplus. Salah satunya dengan menyediakan substitusi produk impor asal China yang dikenakan bea masuk tinggi oleh AS.
[Gambas:Video CNN]
"Tentu hal ini perlu kami inventarisasi dan identfikasi dulu produk ekspornya apa," jelas dia.
Arlinda menambahkan situasi perang dagang tidak menyusutkan target ekspor Kemendag tahun ini yang sebesar 7,5 persen. Kemendag optimistis target masih bisa tercapai, lantaran akan ada misi dagang yang dilakukan di pasar non-tradisional di sisa tahun ini. Hanya saja, Arlinda tidak menyebut negara-negara yang dituju.
Setidaknya target ini lebih baik dibanding kinerja ekspor 2018, di mana ekspor tercatat US$162,81 miliar atau tumbuh 6,74 persen dibanding tahun sebelumnya US$153,08 miliar.
"Semoga kami harap tetap sesuai dengan target," kata dia. (glh/lav)
from CNN Indonesia http://bit.ly/308t2Sw
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "RI Bakal Ambil Peluang dari Perang Dagang AS dan China"
Post a Comment