"Saya yakin perusahaan penerbangan itu tidak ingin naik terlalu tinggi, karena kalau naik lagi, maka penumpang turun. Tapi kalau terlalu rendah, dia bisa mati juga. Kalau mati, kita naik apa nanti," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (7/5).
Buktinya, dia menuturkan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir sudah ada 10 maskapai penerbangan yang 'gulung tikar', di antaranya Mandala, Simpati, Batavia, dan Adam Air.
Banyaknya maskapai penerbangan yang tutup, menurut dia, tak terlepas dari biaya operasional yang terlalu mahal. Akibatnya, persaingan antarmaskapai penerbangan semakin ketat yang didominasi dua grup besar, yakni Garuda Indonesia dan Lion Air.
"Tarif ini kan 70 persen komponennya impor yang memakai dolar AS. Pesawatnya sendiri apakah dibeli atau disewa, bunganya. Kemudian, juga tentu spare part-nya, komponen lainnya," kata JK.
Namun demikian, jika ditilik lebih jauh, ia mengisyaratkan pembelaan bahwa tarif tiket pesawat saat ini sebenarnya tak terlalu mahal. Ia membandingkan tarif tiket Jakarta-Makassar pada tahun '70-an yang berkisar Rp1,5 juta.
"Tahun '70-an saya ke Makassar itu ongkos tiketnya Rp1,5 juta waktu dolar AS 2.500 (US$ 1 = Rp2.500). Sekarang dolar AS hampir enam kali lipat dari itu, masih sekitar Rp1,5 juta juga. Jadi, justru sebenarnya tarifnya terlalu murah, sehingga mereka susah kelanjutannya," terang dia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya didesak sejumlah pihak menurunkan harga tiket pesawat. Satu juta orang telah menandatangani petisi meminta Budi menurunkan harga tiket.
[Gambas:Video CNN]
Petisi dibuat oleh Iskandar Zulkarnaen yang melihat harga tiket pesawat domestik yang terus berada di kisaran batas atas tarif.
"Penerbangan domestik yang biasanya pulang pergi bisa di bawah Rp1 juta, kini rata-rata di atas Rp1 juta, bahkan mencapai Rp2-4 juta," ungkap Iskandar.
(pris/bir)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2V7XuZ0
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "JK: Kalau Harga Tiket Pesawat Terlalu Rendah, Bisa Mati"
Post a Comment