
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, won Korea melemah 0,27 persen, ringgit Malaysia 0,19 persen, dan baht Thailand serta lira Turki yang melemah 0,03 persen. Sementara, penguatan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,13 persen terhadap dolar AS.
Kemudian, di negara maju, mayoritas nilai tukar menguat terhadap dolar AS. Dolar Kanada dan euro masing-masing menguat 0,5 persen. Lalu, dolar Australia dan poundsterling Inggris menguat 0,01 persen.
Kendati melemah tipis, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah berpotensi kembali menguat akibat sentimen antisipasi pasar untuk pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral China. Menurut Ariston, para pelaku pasar hari ini bakal mengantisipasi kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral China sebagai salah satu bentuk stimulus untuk menumbuhkan kembali ekonomi di tengah wabah virus corona.
"Stimulus ini ditanggapi positif oleh pelaku pasar dan membantu penguatan aset berisiko dan mungkin rupiah hari ini," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/2).
Di samping menunggu keputusan Bank Sentral China, Ariston menyebut pasar juga menantikan kebijakan baru dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hari ini. Ariston merasa BI mungkin akan melakukan pelonggaran moneter untuk mengantisipasi dampak virus corona.
Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.650 hingga Rp13.720 per dolar AS pada hari ini.
(ara/sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/39ZGFaP
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Keok ke Rp13.699 per Dolar AS Ikuti Mayoritas di Asia"
Post a Comment