
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan risiko perlambatan ekonomi masih tinggi jika tensi perang dagang AS dan China memanas kembali. Pasalnya, hal itu akan mempengaruhi arus perdagangan global.
Selain itu, gejolak politik berupa ketidakpastian Brexit juga masih menjadi perhatian global. Makanya, perkembangan ekonomi dunia akan bergantung dengan dua hal tersebut.
"Tahun 2020 dihadapkan pada downside risk dari perlambatan ekonomi global apabila tensi perang dagang dan belum meredanya politik, serta perkembangan Brexit," ucap Wimboh, Kamis (2/1). Merespons hal itu, Wimboh memprediksi penurunan suku bunga acuan masih dilakukan oleh sejumlah bank sentral di berbagai negara. Penurunan bunga acuan merupakan kebijakan moneter yang biasanya diambil bank sentral untuk menjaga ekonomi domestik.
Sementara itu, Wimboh menyatakan perang dagang AS dengan China dan ketidakpastian Brexit telah berdampak pada ekonomi global tahun lalu. Aktivitas perdagangan dunia pun tertekan.
"Geliat investasi dan ekspansi di sektor riil perlahan menunjukkan pelemahan," kata Wimboh.
Tak ayal, pasar saham pun tertekan sejak Mei 2019 lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menetap di zona merah pada awal tahun lalu.
[Gambas:Video CNN]
Terpantau, IHSG memang sempat anjlok hingga 5.826 pada pertengahan Mei 2019 lalu. Beruntung, indeks berhasil bangkit (rebound) dan berakhir di level 6.299 pada akhir perdagangan 2019 kemarin.
"Patut disyukuri IHSG masih positif (sepanjang 2019) naik 1,7 persen di level 6.299," jelas Wimboh.
Kemudian, investor asing tercatat beli bersih (net buy) sebesar Rp49,2 triliun pada 2019. Sementara, pada 2018 investor asing justru tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp50,7 triliun.
(aud/agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2MM1Xzt
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "OJK Ramal Ekonomi 2020 Masih Dihantui Masalah"
Post a Comment