Search

Membaca Kesehatan Asabri dari Laporan Keuangan

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) menjadi terkenal belakangan ini setelah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD menduga adanya praktek korupsi yang merugikan negara lebih dari Rp10 triliun.

Sebelumnya, Asabri merupakan perusahaan asuransi jiwa bersifat wajib berdasarkan undang-undang dan memberikan perlindungan finansial untuk kepentingan prajurit TNI, anggota Polri, dan PNS Kemhan/Polri.

Berdasarkan situs resmi Asabri, laporan keuangan tahunan yang terakhir diunggah adalah laporan keuangan 2017. Sementara, laporan 2018 dan 2019 belum disajikan kepada publik.


Dalam laporan tersebut, pada 2017, perusahaan masih mencetak laba bersih sebesar Rp943,81 miliar. Pendapatan terbesar berasal dari hasil investasi sebesar Rp3,08 triliun. Adapun pendapatan premi sebesar Rp1,39 triliun. Sementara itu, rasio solvabilitasnya (RBC) kala itu hanya 62,35 persen atau belum mencapai ketentuan menteri keuangan sebesar 120 persen. Sebagai catatan, RBC menggambarkan kemampuan perusahaan membayar klaim dan utang jangka panjang.

Perusahaan juga menanggung utang sebesar Rp43,6 triliun atau meningkat hampir 20 persen dari tahun sebelumnya, Rp36,34 triliun. 

Dalam laporan yang sama, perusahaan merevisi laba 2016 dari Rp537,63 miliar menjadi Rp116,46 miliar. Revisi dilakukan akibat penyesuaian (konsolidasi) nilai reksa dana terproteksi di mana perseroan mempunyai pengendalian secara langsung terhadap reksa dana tersebut.

Perbaikan itu dilakukan dengan metode perhitungan cadangan teknis asuransi dengan memasukkan asumsi-asumsi dan komponen-komponen baru dalam perhitungan cadangan teknis asuransi.

Selain terhadap laba, dampak penyajian kembali itu juga mengubah aset dari Rp36,59 triliun menjadi Rp36,6 triliun, liabilitas dari Rp34,99 triliun menjadi Rp36,34 triliun, ekuitas dari Rp1,6 triliun menjadi Rp169,89 miliar. Akibatnya, rasio solvabilitas juga turun dari sebelumnya 110,26 persen menjadi 54,73 persen.

Pada 2019, kinerja perusahaan tempat Asabri menempatkan investasinya melemah. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai saham belasan perusahaan milik Asabri merosot.

Pada pembukaan 2019 nilai saham yang dimiliki Asabri tercatat sebesar Rp 10,2 triliun dan ditutup pada tahun yang sama sebesar Rp 2,1 triliun. Artinya, dalam setahun, nilainya anjlok Rp 7,46 triliun atau 73,1 persen.

Jika dirinci, perusahaan yang nilainya merosot adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk; PT Hanson Internasional Tbk; PT Inti Agri Resources Tbk; PT Indofarma Tbk; PT Pelat Timah Nusantara Tbk; PT Prima Cakrawala Abadi Tbk; PT Alfa Energi Investama Tbk.

[Gambas:Video CNN]

Kemudian, PT Pool Advista Indonesia Tbk; PT Pool Advista Finance Tbk; PT Properti Tbk; PT Hartadinata Abadi Tbk; PT SMR Utama Tbk; PT Kimia Farma Tbk; PT Sidomulyo Selaras Tbk dan PT Island Concepts Indonesia Tbk.

Berikut ringkasan kinerja keuangan Asabri selama 2016-2017:

2016
Aset: Rp36,51 triliun
Liabilitas: Rp36,34 triliun
Pendapatan: Rp5,07 triliun
Pendapatan premi: Rp1,38 triliun
Beban: Rp2,92 triliun
Beban klaim: Rp1,15 triliun
Laba/(rugi): Rp116,46 miliar
Rasio solvabilitas: 54,73 persen

2017
Aset: Rp44,8 triliun
Liabilitas: Rp43,6 triliun
Pendapatan: Rp4,52 triliun
Pendapatan premi: Rp1,39 triliun
Beban: Rp2,34 triliun
Beban klaim: Rp1,35 triliun
Laba/(rugi): Rp943,81 miliar
Rasio solvabilitas: 62,35 persen (wel/sfr)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/30g6tvy
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Membaca Kesehatan Asabri dari Laporan Keuangan"

Post a Comment

Powered by Blogger.