
Biaya tinggi tersebut tak lepas dari pengaruh sistem produksi yang masih konvensional dan belum terstruktur. Untuk itu, menurutnya, agar mimpi ekspor bisa diwujudkan, sistem produksi beras harus dibenahi terlebih dulu. "Agar lebih kompetitif, baik dari sisi harga maupun kualitas. Tapi lihat dulu juga berapa produksinya, kalau kelebihan ya ekspor," ungkapnya. Di sisi lain, setelah Bulog gagal ekspor, ia mengatakan kementeriannya akan berusaha untuk membangun perundingan dengan negara-negara lain. Tujuannya, agar Kemendag bisa membuka pasar untuk Bulog. Selain itu, jalur perundingan biasanya bisa membuat suatu negara mau menerima ekspor komoditas dari suatu negara selama bisa memberikan keuntungan lain. Misalnya bisa melakukan impor.
"Kami akan lakukan upaya-upaya perundingan dengan negara-negara lain untuk membuka pasar," katanya. Sayangnya, ia belum bisa memberi estimasi sekiranya negara mana saja yang akan diajak berunding agar bisa menerima ekspor beras dari Indonesia. Sebelumnya, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan perusahaannya gagal melakukan ekspor pada tahun ini karena masalah harga yang kemahalan. Ia mengatakan beras dari Indonesia dibanderol dengan harga di kisaran Rp8.000 per kilogram (kg). Padahal, harga beras di pasar internasional hanya sekitar Rp6.200 per kg. Dengan demikian, beras dari Tanah Air lebih mahal sekitar Rp1.800 per kg dibandingkan negara lain. "Jadi tidak mungkin bersaing, patokannya kalau ekspor pasti harus harga internasional," tuturnya. Kendati begitu, menurut Buwas, begitu ia akrab disapa, tidak ada masalah lain yang menjegal peluang ekspor beras Indonesia. Sebab, dari sisi mutu sejatinya relatif sama dengan beberapa negara lain. "Kualitas sih sama, tapi cost-nya tinggi, soalnya kan konvensional (pengolahan beras di dalam negeri)," terangnya. (uli/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/32kGLXs
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bulog Gagal Ekspor Beras, Kemendag Carikan Pasar"
Post a Comment