Sampai saat ini, Indonesia masih berstatus bebas dari virus tersebut. Namun demikian, dampak virus tersebut sudah dirasakan dari sisi perekonomian negeri, terutama pada sektor pariwisata.
Hal itu salah satunya tercermin dari kunjungan wisatawan China ke Nusa Penida, Bali yang dikabarkan menurun seiring kabar wabah virus kian menyebar.
Salah seorang pelaku pariwisata setempat mengaku masalah tersebut telah membuat kunjungan wisatawan ke Bali anjlok 100 persen. Tak hanya dari sisi pengusaha, sekitar 80 persen pramuwisata (guide) berbahasa Mandarin yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali juga terdampak akibat hal tersebut. Dengan berkurangnya jumlah turis, mereka mulai beralih profesi.
Virus Corona Novel juga mulai menggerogoti sisi ekspor dan impor Tanah Air. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengaku khawatir karena merasa dampak virus tersebut sudah mulai mempengaruhi kegiatan dagang Indonesia- China. Ia menilai, permasalahan utama terletak pada kegiatan administrasi dagang.
"Misalkan impor, tapi pabrik di sana banyak yang di-shut down (tutup). Karena liburan imleknya juga diperpanjang, dari segi produksinya bermasalah. Terus, barang yang mau diekspor ke sana itu juga masalah, mau gimana? Pesawat juga gak ada," jelasnya.
Menurut Hariyadi, banyak produk Indonesia yang akhirnya mengalami perlambatan dalam proses ekspor ke China beberapa waktu terakhir, seperti barang-barang komoditas, minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), dan barang jenis mineral seperti nikel dan sebagainya.
Kepala Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai dampak Virus Corona terhadap perekonomian dalam negeri merupakan hal yang tak dapat dihindari. Pasalnya, pariwisata di Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Terlebih, pemerintah sendiri sudah melarang warga negara China yang merupakan salah satu kontributor terbesar dari sektor pariwisata di Indonesia.
"Pariwisata di Indonesia ini sudah cukup tinggi porsinya, itu sekitar 6 sampai dengan 7 persen (perekonomian) sudah dikontribusikan dari pariwisata Indonesia. Artinya, kalau ada travel (perjalanan) yang tertunda serta tidak bisa dijalankan dalam waktu 2 bulan saja, itu sudah berpengaruh terhadap satu per enam dari perjalanan yang sudah ada,"
Selain sisi pariwisata, Yose juga mengkhawatirkan terkait dampak menengah panjang yang dapat dialami Indonesia.
![]() |
"Banyak yang memperkirakan bahwa pertumbuhan perekonomian China itu bisa melambat hingga 1 sampai dengan 1,5 persen (akibat virus Corona)," pungkasnya.
Solusi
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati juga menilai ancaman yang besar menunggu pertumbuhan perekonomian Indonesia apabila hubungan dagang antara kedua negara terhalang oleh virus tersebut.
Di samping kegiatan ekspor dan impor yang berpotensi meloyo, Eni juga turut mengkhawatirkan kondisi psikologis pasar. Dalam hal ini, pasar dapat lebih selektif dalam membeli suatu barang, sehingga membuat nilai konsumsi menurun.
"Apalagi pemberitaan media kan luar biasa, jadi untuk barang-barang dari China secara psikologis pasti masyarakat berpikir "ini aman tidak?". Kalau ada psikologis seperti itu, pasti akan ada pengaruh terhadap permintaan dan suplai di pasar. Kalaupun barangnya ada tapi orang ragu untuk mengonsumsi, akan ada pergeseran permintaan," tuturnya.Untuk menanggulangi hal tersebut, Enny menganjurkan pemerintah harus segera bertindak untuk mengintervensi potensi tersebut.
Menurut Enny, langkah awal yang harus diambil pemerintah adalah memastikan keamanan dengan meningkatkan penjagaan perbatasan untuk mencegah masuknya Virus Corona ke dalam negeri.
Langkah selanjutnya, lanjut Enny, adalah dengan memitigasi dampak negatif terhadap sektor pariwisata dalam negeri. Dalam hal tersebut, Eni mengatakan bahwa pemerintah harus segera mencari solusi untuk mempertahankan produktivitas daerah-daerah yang memiliki ketergantungan terhadap sektor pariwisata.
Solusi tersebut dapat berupa upaya preventif untuk meyakinkan masyarakat bahwa virus tersebut dapat diantisipasi oleh pemerintah dengan baik."Contohnya itu dengan regulasi dan kepastian keamanan yang baik, itu pasti akan membuat tenang. Kalau turis datang ke Indonesia saja, misalnya di terminal internasional, thermoscanner-nya (alat pendeteksi panas) saja enggak ada, pasti orang sudah ragu. Minimal akan berlama-lama di Indonesia juga tidak yakin," tuturnya.
Enny juga mengingatkan pemerintah untuk secepatnya mengembangkan dan mengantisipasi penurunan harga komoditas, seperti melakukan hilirisasi industri dalam negeri sebagai substitusi impor barang China. Dengan demikian, ancaman permasalahan psikologis masyarakat pun juga dapat terselesaikan.
"Artinya perlu berbagai macam insentif untuk UMKM-UMKM dalam negeri, untuk memanfaatkan momentum ini, untuk bisa bersaing dengan barang-barang yang selama ini penetrasi impor dari China," jelasnya.
Pada Minggu (2/2) lalu, pemerintah telah memulangkan 243 WNI dari Wuhan di Provinsi Hubei, China yang terdiri dari 240 orang dewasa dan 3 orang anak kecil
Selain itu, pemerintah untuk sementara waktu melarang warga negara China masuk ke Indonesia. Regulator juga menutup penerbangan dari dan ke daratan utama China mulai Rabu (5/2).
(sfr)from CNN Indonesia https://ift.tt/36YlcwK
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Putar Otak Cegah Ekonomi RI 'Terinfeksi' Virus Corona"
Post a Comment