"Sumber pembiayaan ekonomi lain seperti penerbitan baru obligasi korporasi dan fintech tumbuh tinggi masing-masing sebesar 7,6 persen dan 141,5 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (23/1).
Pembiayaan dari fintech menambah variasi sumber dana kepada masyarakat di tengah lemahnya penyaluran kredit bank. Sementara aliran kredit bank melemah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu optimal.
Proyeksinya, pertumbuhan ekonomi berada di atas 5 persen pada tahun ini. Namun, pertumbuhan akan di bawah tahun lalu yang mencapai 5,1 persen.
Hal ini, katanya, mempengaruhi permintaan kredit dari korporasi kepada bank.
"Mereka (bank) juga menunggu permintaan kredit dari korporasi. Sementara korporasi berating tinggi, mereka mempunyai opsi pembiayaan dari pasar modal dan obligasi, sehingga berdampak ke pertumbuhan kredit bank," jelasnya.Di sisi lain, lemahnya pertumbuhan kredit juga diduga terpengaruh oleh tingkat suku bunga kredit yang belum turun sesuai tingkat suku bunga acuan. Tercatat, bank sentral nasional sudah menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate mencapai 100 basis poin (bps) menjadi 5 persen sepanjang tahun lalu.
Sementara rata-rata penurunan suku bunga kredit modal kerja baru sekitar 33 bps sejak BI menurunkan bunga untuk pertama kali pada Juni 2019. Sedangkan rerata penurunan suku bunga kredit sejak Januari 2019 turun 47 bps menjadi 10,09 persen pada Desember 2019.
Hal ini tak begitu jauh dengan realisasi penurunan rerata suku bunga deposito sebesar 52 bps sejak Juni 2019. Per Desember 2019, rerata suku bunga deposito bank berada di kisaran 6,31 persen.
[Gambas:Video CNN]
"Namun, transmisi (penurunan suku bunga acuan) ke suku bunga bank masih akan terus berlanjut, meskipun belum optimal," tuturnya.
Kendati begitu, Perry memperkirakan laju pertumbuhan kredit akan membaik pada 2020. Proyeksinya, kredit akan tumbuh di kisaran 10 persen sampai 12 persen, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8 persen hingga 10 persen pada periode yang sama.
Hal ini dipengaruhi oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang membaik ke 5,3 persen atau titik tengah dari rentang 5,1 persen sampai 5,5 persen pada 2020. Proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan tumbuh 3,2 persen.
Di sisi lain, ia mengatakan bank sentral nasional juga akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan akomodatif untuk mendukung ketersediaan likuiditas bank. Dengan begitu, bank juga bisa meningkatkan kemampuan penyaluran kreditnya.
"Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan," pungkasnya.
(uli/agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2TQgr5C
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kredit Bank Loyo, Pembiayaan Fintech Justru Tumbuh 141 Persen"
Post a Comment