Sebelumnya, skor PMI BI di atas 50 persen menggambarkan komponen terkait mengalami ekspansi. Sementara, PMI BI di bawah 50 persen menandakan kontraksi dan 50 artinya tetap.
"Ekspansi kinerja industri pengolahan terjadi pada sebagian besar subsektor, dengan ekspansi tertinggi pada industri semen dan barang galian nonlogam yang didorong oleh ekspansi volume produksi dan pesanan barang input," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, dikutip Senin (13/1).
Tercatat, PMI BI industri semen naik dari 53,19 persen menjadi 57,43 persen. Kemudian, PMI BI barang kayu dan hasil hutan nilainya naik dari 48,51 persen menjadi 50,36 persen. Dalam laporan BI, ekspansi industri yang terjadi pada tiga bulan terakhir ditopang oleh komponen volume produksi sebesar 53,42 persen, volume pesanan 53,27 persen, dan volume persediaan barang jadi 52,56 persen. Namun, ekspansi ketiganya lebih rendah seiring menurunya permintaan.
Sementara itu, dua komponen mengalami kontraksi yaitu kecepatan penerimaan barang input (49,71 persen) dan penggunaan tenaga kerja (47,23 persen).
Lebih lanjut, BI memperkirakan ekspansi industri pengolahan bakal lebih tinggi pada kuartal I 2020. Indikasinya terlihat dari proyeksi PMI BI yang naik menjadi 52,73 persen.
Kegiatan usaha yang diprediksi bakal ekspansi diprediksi terjadi pada sebagian besar subsektor. Adapun ekspansi tertinggi terjadi pada industri semen dan barang galian non logam (56,85 persen). Kemudian, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (53,79 persen), serta industri makanan, minuman dan tembakau (53,03 persen).
[Gambas:Video CNN] (sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/3a3IlAO
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Akhir 2019, BI Catat Ekspansi Industri Manufaktur Melambat"
Post a Comment