Akibatnya, menurut Kejagung, alih-alih berkembang, dana kelolaan Jiwasraya lewat manajer investasi jelek tersebut malah menyusut. Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan akan lebih hati-hati menempatkan dana di reksa dana lewat manajer investasi.
"Kalau dulu kan hanya 2 persen reksa dana saham yang dikelola perusahaan manajer investasi top, sisanya top 26 dari bawah," ujarnya, akhir pekan lalu.
Pemilihan perusahaan manajer investasi yang salah menyebabkan keuntungan yang diraih Jiwasraya tak maksimal. Bahkan, rugi. Namun demikian, Hexana enggan menyebutkan perusahaan manajer investasi mana saja yang dimaksud.
"Belum bisa disebutkan. Yang 2 persen itu aja itu (dana kelolaan reksa dana) di Mandiri dan Danareksa (perusahaan manajer investasi BUMN atau anak usaha BUMN)," terang Hexana.Pun begitu, ia belum merinci perusahaan manajer investasi pelat merah mana lagi yang diincarnya untuk mengelola dana kelolaan nasabah Jiwasraya. Yang pasti, ia tidak akan menutup mata terhadap kualitas dan kredibilitas perusahaan manajer investasi.
"Jangan terkecoh saham AUM (asset under management), karena AUM tinggi tapi dari satu transaksi saja. Jangan-jangan, misalnya seperti RDPT (reksa dana penyertaan terbatas). Itu tidak bisa," jelas Hexana.
CNNIndonesia.com menghimpun beberapa nama perusahaan manajer investasi BUMN dan anak usaha BUMN, antara lain PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), PT Danareksa Investment Management, PT Bahana TCW Invesment Management, dan PT BNI Asset Management.
[Gambas:Video CNN]
Secara keseluruhan, Hexana menyatakan Jiwasraya banyak melakukan investasi di instrumen berisiko tinggi atau high risk. Untuk reksa dana saham sendiri porsinya 59,1 persen dari total aset finansial, di mana hanya 2 persen yang dikelola oleh perusahaan manajer investasi berkualitas (top tier) di Indonesia.
Kemudian, sebanyak 22,4 persen ditempatkan di saham dengan valuasi rendah (undervalue). Sementara, Jiwasraya hanya menempatkan 5 persen dananya di saham LQ45.
Hexana bilang model penempatan investasi seperti itu membuat keuangan perusahaan terus memburuk. Masalahnya, perusahaan sulit menjual saham undervalue di pasar.
Beberapa saham undervalue yang dimaksud, antara lain PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP), PT Pool Advista Finance Tbk (POLA), dan PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE).
"Portofolio saham nilainya turun dari Rp5,6 triliun menjadi Rp1,5 triliun dan reksa dana saham dari Rp12,7 triliun menjadi Rp4 triliun," jelasnya.Sebelumnya, Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan ada pelanggaran prinsip kehati-hatian dari manajemen Jiwasraya terdahulu dalam berinvestasi. Perusahaan disebutnya banyak menempatkan investasi pada aset berisiko.
"Untuk mengejar keuntungan tinggi, antara lain 95 persen dari dana kelolaan di saham ditempatkan pada pilihan saham-saham buruk. Cuma 5 persen saja yang ditaruh di saham dengan kinerja baik," katanya.
Begitu juga dengan reksa dana saham yang mayoritas dana ditempatkan di perusahaan manajer investasi berkinerja buruk. Sejauh ini, Kejaksaaan Agung memproyeksi kerugian negara mencapai Rp13,7 triliun.
(aud/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/37hut3J
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jiwasraya Bakal Alih Dana Kelolaan ke Manajer Investasi BUMN"
Post a Comment