Sesuai keterangan Badan Pusat Statistik (BPS), NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi petani. Semakin tinggi NTP, secara relatif, maka semakin kuat tingkat daya beli petani. Sebaliknya, semakin rendah NTP, maka semakin lemah tingkat daya beli petani.
Penurunan NTP bulan lalu, terjadi karena pertumbuhan indeks harga yang diterima petani secara umum hanya naik 0,15 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,43 persen.
Jika dilihat lebih rinci, penurunan NTP terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yang minus 0,22 persen menjadi 103,23 dibandingkan Mei 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan penurunan NTP tanaman pangan terjadi karena pertumbuhan penerimaan petani lebih rendah dari kenaikan pengeluarannya, baik untuk konsumsi dan biaya produksi.
"Sebenarnya, indeks harga yang diterima petani masih naik, tetapi hanya 0,24 persen sementara indeks harga yang dibayar petani naik 0,46 persen," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (1/7).
Kenaikan harga yang diterima petani dipengaruhi oleh membaiknya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang tumbuh 4,5 persen menjadi Rp4.552 per kilogram (kg). Selain itu, kenaikan juga terjadi pada harga gabah kering giling (GKG) petani sebesar 1,43 persen menjadi Rp5.246 per kg.
Penguatan harga gabah juga terjadi di tingkat penggilingan untuk GKP dan GKG, di mana masing-masing naik sebesar 4,72 persen dan 1,18 persen.
Selain subsektor tanaman pangan, NTP tanaman perkebunan rakyat juga merosot -1,47 persen menjadi 94,6. Penurunan tersebut disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas global yang menyebabkan indeks harga yang diterima petani perkebunan turun 0,93 persen.
"Fluktuasi berbagai harga komoditas perkebunan di pasar dunia akan berpengaruh kepada pendapatan para petani perkebunan. Misalnya, pada kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, dan teh," jelasnya.
Sementara itu, NTP masih tercatat naik untuk sejumlah subsektor di antaranya subsektor hortikultura yang naik 0,31 persen menjadi 102,73, peternakan menanjak 0,2 persen menjadi 107,95, dan perikanan yang tumbuh 0,12 menjadi 106,74.
[Gambas:Video CNN]
(sfr/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2LtpMfx
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Daya Beli Petani Turun pada Juni 2019"
Post a Comment