Kepemilikan China turun US$ 7,5 miliar menjadi US$1,1 triliun, level terendah sejak April 2017. Kendati demikian, China saat ini merupakan pemegang terbesar surat utang AS.
Dikutip dari Financial Times, investor dan analis berspekulasi bahwa China mungkin selama ini mempersenjatai portofolio surat utang AS. China kemudian dinilai sengaja menjual kepemilikannya dalam upaya untuk merusak suku bunga AS, mendorong nilai tukar mereka.
Namun, tindakan drastis semacam itu masih dilihat sebagai hasil yang tidak mungkin. Tidak hanya itu , tindakan tersebut juga akan merusak nilai kepemilikan Cina, tetapi ada beberapa pasar lain yang dianggap cukup besar untuk menyerap investasi yang cukup besar di negara itu.
Aktivitas penjualan surat utang terjadi sebelum sengketa perdagangan antara Beijing dan Washington meningkat pada Mei. Kecuali untuk pembelian bersih kecil di bulan Februari, China menjual obligasi setiap bulan sejak September 2018.
Sementara dilansir dari CNN.com, sejumlah investor sejak lama khawatir China akan menggunakan kepemilikan surat utang pada AS sebagai 'senjata' dalam menghadapi perang dagang.
Kepala Strategi Ekuitas Stifel Barry Bannister menyebut China yang mungkin melepas surat utang AS dapat menimbulkan situasi yang lebih buruk bagi ekonomi global. Sebab, sumber daya keuangan China bisa jadi malah melorot.
Apalagi, bila pelepasan surat utang dilakukan ketika imbal hasil tengah lesu. Misalnya saja, ketika China melepas surat utang senilai US$600 miliar dari rentang 2014-2016. Diketahui, saat itu nilai imbal hasil tengah melorot.
Dampak lainnya, sambung Bannister, pelepasan surat utang AS hanya akan membuat pasokan uang tunai meningkat di China. Kondisi itu berpotensi menurunkan nilai mata uang terhadap dolar AS.
[Gambas:Video CNN] (agi)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2KohSEo
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang, China Pangkas Kepemilikan Surat Utang AS"
Post a Comment