
Senior Country Officer IFC Jack Sidik mengungkapkan hal itu dilakukan mulai tahun 2019 hingga 2022. Dalam hal ini, IFC akan berinvestasi sekitar US$1,2 miliar atau Rp16,92 triliun setiap tahun.
"Setiap tahunnya ya kira-kira itu US$1 miliar, itu adalah target kami. Tapi ini memang karena beberapa reformasi yang harus dilakukan oleh pemerintah, seperti infrastruktur," papar Jack, Kamis (27/6).
Nantinya, dana itu akan dikucurkan ke beberapa sektor, khususnya keuangan dan infrastruktur. Masing-masing akan mendapatkan porsi 40 persen, sedangkan sisanya diberikan ke sektor manufaktur dan layanan.
"Sektor infrastruktur paling sulit karena konstruksinya besar-besar dan membutuhkan banyak sekali upaya dari semua pihak untuk menyelesaikan satu proyek," terang dia.
Sementara itu, ia menargetkan dapat berinvestasi sebesar US$1 miliar atau Rp14,1 triliun sepanjang Juli 2018 hingga Juni 2019. Angka itu naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata hanya US$300 juta atau Rp4,23 triliun. Hal ini lantaran IFC melihat prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik.
"Kalau secara rata-rata selama 10 tahun terakhir itu sekitar US$300 juta, jadi tahun ini naik tiga kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya," jelasnya.
Ia menyebut mayoritas dana yang disiapkan sepanjang Juli 2018 hingga Juni 2019 digelontorkan ke sektor infrastruktur dan keuangan. Kemudian, sisanya ke sektor manufaktur.
"Jadi kami melihat sektor keuangan dan infrastruktur kira-kira 80 persen dari program kami. (Detailnya) 40 persen-40 persen, sisanya sektor manufaktur," kata dia.
Dalam hal ini, IFC berinvestasi ke sektor swasta. Namun, ia tak menyebut pasti berapa dana yang sudah dikucurkan dan ke perusahaan mana saja.
"Untuk target tergantung beberapa kesepakatan, kami sesuai rencana untuk memenuhi target kami tahun ini," ucap Jack.
(aud/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2YpnlxW
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IFC Targetkan Guyur Dana Rp50,76 Triliun ke RI sampai 2022"
Post a Comment