Tim Harga Minyak Indonesia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penguatan ICP tak lepas dari kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional akibat ketegangan geopolitik di beberapa wilayah. Ketegangan yang menimbulkan sentimen berkurangnya pasokan dipicu oleh beberapa hal.
Pertama, keputusan Amerika Serikat (AS) untuk tidak memperpanjang pemberian pengecualian atas embargo ekspor minyak mentah Iran. Kedua, peningkatan ketegangan politik yang mengarah pada perang saudara di Libya yang berpotensi mengganggu pasokan minyak mentah. Ketiga, masih berlanjutnya keputusan AS untuk mengembargo ekspor minyak mentah Venezeula.
Keempat, pasokan minyak mentah global juga berkurang akibat merosotnya pasokan minyak mentah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan periode pemeliharaan di sejumlah lapangan minyak di Ghana, Azerbaijan, dan Libya.
Berdasarkan publikasi OPEC, pasokan minyak mentah OPEC pada April 2019 turun sebesar 534 ribu barel per hari (bph) atau 18,11 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 30,02 juta barel per hari (bph), terendah sejak Februari 2015.
"Selain itu, penghentian pasokan minyak mentah melalui jalur pipa Druzhba dari Rusia ke sejumlah negara di Eropa (±700.000 barel per hari) akibat kontaminasi klorida yang berpotensi merusak fasilitas kilang," ujar Tim Harga Minyak dalam keterangan resmi, dikutip (8/5).
Selanjutnya, kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh peningkatan permintaan minyak mentah global terutama untuk sweet medium/heavy crude seiring sosialisasi pemberlakukan regulasi Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization/IMO) pada 2020 mengenai batasan kandungan sulfur dalam bahan bakar kapal laut.
Di AS, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok bensin di Negeri Paman Sam pada April 2019 lalu merosot 11,8 juta barel menjadi 225,8 juta barel dibandingkan stok Maret 2019.Kemudian, stok minyak distilasi AS pada April 2019 juga turun sebesar 1,2 juta barel menjadi 127 juta barel.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas, juga dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi bahan bakar di Asia. Pertumbuhan tersebut utamanya terjadi di China menyusul stimulus ekonomi dari pemerintahnya dan di India akibat peningkatan permintaan minyak mentah di sektor petrokimia.
Kenaikan harga minyak minyak di kawasan Asia Pasifik juga disebabkan oleh produksi minyak mentah Kazakhstan yang turun sebesar 530 ribu bph di bawah produksi normal menjadi 1,45 juta bph akibat periode perawatan di sejumlah lapangan minyak.
Berikut perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada April 2019 dibandingkan Maret 2019 yang dihimpun oleh Tim Harga Minyak Indonesia:
- Dated Brent naik sebesar US$5,14 per barel atau 7,8 persen, dari US$66,12 per barel menjadi US$ 71,26 per barel.
- WTI (Nymex) naik sebesar US$5,70 per barel atau 9,8 persen, dari US$58,17 per barel menjadi US$ 63,87 per barel.
- Basket OPEC naik sebesar US$4,36 per barel atau 6,6 persen, dari US$66,37 per barel menjadi US$ 70,73 per barel.
- Brent (ICE) naik sebesar US$4,60 per barel atau 6,9 persen, dari US$67,03 per barel menjadi US$ 71,63 per barel.
[Gambas:Video CNN] (sfr/agi)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2YjPCWx
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Indonesia April Menguat Jadi US$68,31 per Barel"
Post a Comment