
OAG, perusahaan intelijen perjalanan udara yang bermarkas di Inggris, memperkirakan industri penerbangan masih akan terpuruk lebih dalam, mengingat kematian yang disebabkan oleh virus corona telah mencapai 1.100 orang dengan jumlah terinfeksi 42 ribu orang dalam waktu kurang dari dua bulan.
Virus corona pertama kali ditemukan di pusat kota Wuhan, Hubei, China, pada akhir Desember 2019. Virus menyebar cepat di tengah libur panjang perayaan Tahun Baru Imlek. Jumlah nyawa melayang akibat virus corona bahkan sudah melampaui korban sindrom pernafasan akut parah (SARS) pada 2003 silam.
Menurut OAG, seperti dikutip dari Forbes, Rabu (12/2), dampak virus corona terhadap industri penerbangan akan lebih besar ketimbang SARS. Sebab, penangguhan penerbangan dalam sehari yang dilakukan karena virus corona setara dengan puncak epidemi SARS pada Maret-Juni 2003. "Tingkat pembatalan penerbangan yang kami lihat belum pernah terjadi sebelumnya dan melebihi peristiwa pandemi lainnya yang kami ingat. Belajar dari SARS, banyak regulator dan maskapai penerbangan melarang perjalanan," terang Kepala OAG Asia Mayur Patel.
Eric Lin, analis penerbangan di Hong Kong mengatakan maskapai yang bermarkas di China sendiri telah memangkas lebih dari 50 persen penerbangan domestik dan luar negeri selama virus corona mewabah. Ia menilai kerugian industri penerbangan sudah akan terlihat pada kuartal pertama tahun ini.
Maskapai penerbangan milik China pun, sambung dia, telah merasakan sebagian besar dampaknya. Di antara maskapai-maskapai itu adalah Air China, China Southern Airlines, termasuk maskapai swasta Hainan Airlines.
Perusahaan penerbangan Taiwan Eva Air dan yang berbasis di Hong Kong Cathay Pacific dikabarkan menjadi maskapai yang sangat terpukul karena ketergantungan mereka pada penerbangan tujuan China, termasuk maskapai AS United Airlines dan asal Inggris British Airways yang ikut mengurangi penerbangan ke China.Juru bicara Eva Airways menuturkan maskapainya berencana mengurangi penerbangan dari dan ke China sampai April 2020 sembari memantau perkembangan wabah virus corona. Perusahaan juga berjanji akan mengembalikan uang tiket yang dipesan langsung melalui perusahaan.
Saat epidemi SARS menyerang 17 tahun lalu, maskapai penerbangan Asia Pasifik kehilangan pendapatan US$6 miliar, karena penangguhan penerbangan di sejumlah wilayah, seperti Singapura, Hong Kong, Taiwan serta kota-kota besar di daratan China.
Kali ini, meskipun potensi kerugian lebih tinggi, namun Lin mengingatkan maskapai akan berusaha lebih keras untuk menekan lonjakan biaya. Antara lain, dengan menawarkan cuti sukarela (tak dibayar), termasuk merumahkan (PHK) sebagian karyawan.
(bir/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/39sTOIU
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Virus Corona, 25 Ribu Penerbangan Dibatalkan dalam Sepekan"
Post a Comment