Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan transisi antara Pertamina dan Chevron saat ini menjadi fokus utama karena target produksi Blok Rokan turun dibandingkan tahun lalu, dengan nilai sebesar 161 ribu barel minyak per hari (BOEPD).
Menurut dia, hal tersebut disebabkan karena Chevron enggan melakukan investasi untuk menjaga produksi di Blok Rokan saat menjelang masa transisi.
"Isu transisi Rokan sangat penting. Karena kalau tidak ada investasi pengeboran itu produksi lifting turun 20 ribu barel per hari. Jadi cukup besar pengaruhnya," ujarnya di Kantor SKK Migas, Kamis (9/1).
Bila hal tersebut tidak segera diproses secepatnya, lanjut Dwi, dikhawatirkan penurunan produksi di Blok Rokan benar-benar terjadi dan menjadi masalah yang serius bagi keberlangsungan lifting minyak nasional.Kemudian, Dwi mengaku bahwa pihaknya bersama Chevron dan Pertamina masih terus bekerja keras untuk mendapatkan kesepakatan segera dari proses transisi tersebut.
Di sisi lain, Wakil SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menilai alih kelola di Blok Rokan sudah seharusnya segera dilakukan. Namun, ia menilai proses transisi tersebut agak lambat karena prosedur dari business to business yang harus dilewati.
"Sehingga ini memberikan waktu yang cukup lama karena di bisnis hulu migas tak segampang kita bisnis seperti yang lainnya. Karena ini menyangkut dengan pendapatan negara," jelasnya.
Lebih lanjut Fatar menyebut agar transisi di Blok Rokan segera berjalan. Ia pun lantas menargetkan agar proses diskusi antara Chevron dan Pertamina segera rampung pada Januari tahun ini."Diharapkan pada Januari bisa selesai. Sehingga, pengeboran 72 sumur bisa terjadi," kata Fatar.
Sebagai informasi, sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, diketahui total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak. Namun, produksi Blok Rokan menurun sejak awal tahun ini.
[Gambas:Video CNN]
Berdasarkan data SKK Migas, hingga 30 Desember 2019 lifting migas nasional hanya mencapai 1,794 juta barel. Jumlah tersebut merupakan 88,63 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2 juta barel.
Dapat dijabarkan, lifting minyak hanya 735,219 barel per hari atau 94,8 persen dari target 775 ribu barel pada 2019.
Sedangkan, lifting gas mencapai 5.934 juta kaki kubik perhari (MMSCFD) atau 84,7 persen dari target APBN sebesar 7.000 MMSCFD.
(ara/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2FDhAVH
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "SKK Migas soal Blok Rokan: Tanpa Pengeboran, Produksi Turun"
Post a Comment