Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) Herry Sidharta mengatakan penurunan suku bunga acuan bisa membuat keadaan memburuk. Oleh karena itu, lebih baik bank sentral menahan suku bunga acuan sembari melihat dinamika ekonomi global.
"Harapan dari kalangan bankir tetap di 5 persen karena masih ada sedikit ketidakpastian global yang membalikkan keadaan. Jadi lebih baik ditahan dulu sambil melihat ekonomi global pada kuartal
I 2020," ucap Herry kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/1).
Ia mengaku tak khawatir dengan pertumbuhan kredit jika BI menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Januari 2020. Herry masih percaya diri penyaluran kredit perusahaan bisa tumbuh di atas 10 persen tahun ini. "Kalau berkaitan dengan kredit ya relaksasi giro wajib minimum (GWM) untuk menambah likuiditas yang selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kredit menjadi dua digit," ujar dia.
Menurut Herry, beberapa sektor yang dapat menopang pertumbuhan kredit BNI tahun ini, antara lain sektor manufaktur, pertanian, perkebunan, dan infrastruktur.
Diketahui, BNI menyalurkan kredit sebesar Rp556,7 triliun sepanjang 2019. Angka itu naik 8,6 persen dari posisi 2018 yang sebesar Rp512,78 triliun.
Senada, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Rohan Hafas menyatakan penurunan bunga acuan BI sejatinya bisa memicu investor menarik dananya dari Indonesia. Sebab, bunga deposito di perbankan dalam negeri jadi kurang menarik.
"Kalau bunga acuan turun, bunga deposito kurang menarik jadi orang mengeluarkan dana dari perbankan. Ini termasuk juga menarik dana ke luar negeri," tutur Rohan.Terlebih, The Fed juga belum memangkas suku bunga acuannya tahun ini. Oleh karena itu, investor bisa jadi lebih memilih menempatkan dana di luar negeri karena bunga yang ditawarkan lebih menarik.
Di sisi lain, sambung Rohan, penurunan suku bunga acuan sebenarnya bisa memacu pertumbuhan penyaluran kredit. Ini karena beban yang harus dibayar oleh masyarakat akan lebih murah dalam mengajukan kredit.
"Jadi sebenarnya tidak ada yang salah dari sisi makro kalau diturunkan bunga acuan nanti kredit bisa berpotensi naik, tapi mikro nya tadi ya orang bisa narik dana dari perbankan," kata dia.
Rohan sendiri memprediksi BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5 persen. Menurutnya, BI akan mengikuti langkah The Fed yang juga belum memangkas bunga acuannya."Ekspektasi saya BI akan pertahankan suku bunga acuan. The Fed belum menurunkan lagi," jelasnya.
Kendati begitu, ia tetap optimistis penyaluran kredit tumbuh dua digit tahun ini. Targetnya sama seperti 2019, yakni kredit tumbuh 10 persen.
"Ya moderat saja. Penopangnya dari sektor mikro dan infrastruktur. Infrastruktur karena proyek masih ada yang berlanjut dari tahun sebelumnya," ungkap Rohan.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengharapkan BI menurunkan suku bunga acuannya dalam RDG kali ini. Dengan demikian, ada potensi penyaluran kredit lebih menggeliat pada 2020.
"Harapannya tahun ini suku bunga bisa turun lagi. Penurunan suku bunga bisa menjadi salah satu faktor.
(aud/age)
from CNN Indonesia https://ift.tt/30Kr4Is
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perbankan Harap BI Tahan Suku Bunga di 5 Persen"
Post a Comment