Hal itu Jokowi sampaikan dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja Kepala Perwakilan Republik Indonesia dengan Kementerian Luar Negeri, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/1).
"Uni Eropa mau banned sawit. Kita ya tenang-tenang saja, pakai sendiri saja, ngapain sih ekspor ke sana," kata Jokowi.
Jokowi menyatakan saat ini harga minyak sawit sedang naik. Menurutnya, jika sudah bisa memproduksi B50, maka RI bisa mengendalikan pasar global. Apalagi Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Jokowi menyatakan produksi minyak sawit mentah RI mencapai 46 juta ton per tahun dari lahan seluas 13 juta hektare. Mantan gubernur DKI Jakarta itu menargetkan produksi CPO itu meningkat sampai 100 juta ton per tahun.
"Bargaining kita akan semakin kuat kalau bisa menggunakan itu di dalam negeri dalam jumlah yang besar," tuturnya.
Menurutnya, keberhasilan pemerintah memproduksi B50 akan membuat impor minyak akan semakin berkurang. Kondisi ini, kata Jokowi, bisa memperbaiki neraca perdagangan RI.
"Kalau neraca perdagangan kita positif, baik, saat itu lah kita betul-betul baru merdeka, dengan siapapun kita berani. Karena tidak ada ketergantungan apapun mengenai sisi keuangan, sisi ekonomi," ujarnya.
Jokowi menargetkan perbaikan neraca perdagangan dalam tiga sampai empat tahun ke depan. Untuk itu, ia menginginkan agar para duta besar membantu hal tersebut dengan menjadi duta investasi dan juga duta ekspor.Dalam hal ini, para duta besar harus fokus dalam diplomasi ekonomi.
"Sehingga bantuan dari para duta besar mengenai ini, mulai urusan investasi, sebagai duta investasi sangat penting sekali," katanya.
[Gambas:Video CNN] (fra/age)
from CNN Indonesia https://ift.tt/301DMCi
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi: Kalau Bisa Produksi B50, Posisi Tawar RI Tinggi"
Post a Comment