Anggota Komisi XI DPR Indah Kurnia mengatakan penguatan rupiah memang memberikan keuntungan bagi importir, tetapi memberatkan eksportir. Di sisi lain, pemerintah sendiri ingin menggenjot aktivitas ekspor guna mengurangi defisit neraca perdagangan.
"Penguatan rupiah bagi importir memang menggembirakan, tapi bagi eksportir keluh kesah. Saya lihat kenaikan rupiah ini, bukan semata-mata kinerja rupiah tapi secara global kecenderungan dolar AS melemah," katanya di DPR RI, Senin (27/1).
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah menguat dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, sejak awal tahun rupiah terpantau perkasa 1,86 persen ke posisi Rp13.606 per dolar AS pada pukul 11.00 WIB, Senin (27/1). Meskipun pada pembukaan perdagangan sempat melemah tipis 0,03 persen. Dalam kesempatan yang sama, mereka juga mempertanyakan penyebab penguatan nilai tukar rupiah. Mereka meminta BI memaparkan faktor pemicu penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Anggota Komisi XI Sihar P. H. Sitorus menilai penguatan nilai tukar rupiah begitu cepat. Di sisi lain, indikator ekonomi makro belum optimal sehingga ia mempertanyakan penopang gerak mata uang Garuda.
"Nilai tukar rupiah hari ini Rp13.600, apa yang terjadi sehingga penguatan demikian cepat sementara indikator makro kita belum gerak,"
Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo juga mempertanyakan hal yang sama. Ia meminta BI menjelaskan penyebab kenaikan rupiah lantaran indikator makro sepanjang 2019 lalu dinilai belum maksimal. Misalnya, neraca perdagangan Indonesia masih tercatat defisit US$3,2 miliar sepanjang 2019.
"Melihat data BI ini, apa korelasi dan sebab akibatnya, saya masih belum bisa melihat apa yang menyebabkan nilai tukar rupiah menguat apalagi kalau melihat data pada kuartal II dan III, ini yang perlu diberi penjelasan," ucapnya.Anggota Komisi XI Sarmuji mengatakan penjelasan BI tersebut akan memberikan kepastian kepada pasar. Pasalnya, posisi rupiah saat ini meleset jauh dari target yang dicanangkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yakni Rp14.400 per dolar AS.
"Kami minta sebabnya apa karena bagi pasar yang penting kepastian, kalau ketidakpastian tinggi mereka kesulitan memperkirakan biaya utamanya yang disebabkan transaksi internasional," tuturnya.
Mereka juga meminta BI berkoordinasi dengan pemerintah untuk menentukan industri yang akan digenjot di tengah peluang penguatan rupiah.
(ulf/sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/36rGQJK
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "DPR Minta BI Antisipasi Dampak Penguatan Rupiah pada Ekspor"
Post a Comment