
Usai ditelusuri, penyebab ambruknya kinerja kedua BUMN karena pengelolaan penempatan dana investasi.
Namun, berbeda dengan kedua perusahaan pelat merah tersebut, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BP Jamsostek) memastikan bahwa dana yang dikelola tidak ditempatkan pada saham 'gorengan'.
Direktur Pengembangan Investasi BP Jamsostek Amran Nasution memastikan bahwa dana kelolaan yang ditempatkan di pasar saham seluruhnya berstatus LQ45 atau saham blue chip.
"Saham kita LQ45. Full LQ 45. Jadi kami enggak mau main yang 'goreng-gorengan'," ujar Amran di Jakarta, Selasa (14/1).
Amran menjelaskan meskipun ada saham yang saat ini tidak berstatus LQ45, ia memastikan bahwa saham tersebut sebelumnya sempat masuk ke daftar saham LQ45.
Salah satu contoh saham yang tidak lagi berstatus LQ45 adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
"Kami ada (saham) di Garuda kecil. Terus terang sedikit karena BUMN, kan. Dulu dia LQ45 sekarang sudah tidak, keluar. Itu jumlahnya 1,89 persen," ujarnya.
Menurut Amran, saham berstatus LQ45 memiliki kepastian return alias imbal hasil yang jelas. Berbeda dengan saham gorengan yang memiliki risiko jauh lebih besar.
Pada tahun lalu, total dana kelola BP Jamsostek mencapai Rp431 triliun. Sebanyak 18 persen dana kelola diinvestasikan ke pasar saham.
Lain halnya dengan BP Jamsostek, mengutip Kontan, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga November 2019 Asabri punya portofolio di 14 saham dengan kepemilikan di atas 5 persen.
Sementara itu, Jiwasraya tercatat memiliki saham di antaranya pada PT PP Properti Tbk (PPRO) yang bernilai Rp1,03 triliun pada 1 Januari 2018. Nilai saham itu tinggal Rp556,7 miliar pada 10 Oktober 2018. Artinya, nilai saham PPRO milik Jiwasraya turun sekitar Rp473,21 miliar.
(fef)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2RplqHF
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BP Jamsostek Jamin Tak Investasi di Saham 'Gorengan'"
Post a Comment