
Tak heran, ia melanjutkan angka stunting di Indonesia masih relatif tinggi. Ia merinci sekitar 300 per 100 ribu kelahiran di Indonesia menderita stunting. Bappenas membidik prevalensi stunting pada balita turun menjadi 183 per 100 ribu kelahiran atau 19 persen dari total angka kelahiran pada 2024 mendatang.
Ia menegaskan target ambisius ini harus disertai dengan intervensi yang konvergen. Sebab, stunting berdampak pada penurunan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, yang akhirnya mengurangi peluang tercapainya bonus demografi.
Dari aspek ekonomi, sambung Subandi, mitigasi stunting memiliki potensi kerugian mencapai 2-3 persen dari PDB per tahun. Mitigasi stunting ini juga bisa mengurangi angka kemiskinan.
"20 kementerian/lembaga menganggarkan dana penanganan stunting. Data Kemenkeu menyebut alokasi dana Rp60 triliun untuk stunting. Setelah kami cek betul, ternyata yang benar-benar sampai hanya Rp29 triliun, baru segitu," terang dia dalam keterangan resmi, Jumat (15/11).Padahal, pemberantasan stunting harus ditangani dengan serius dengan percepatan upaya penurunan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan melalui koordinasi, serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa.
"Apalagi, penanganan stunting juga merupakan salah satu visi dan misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di sektor kesehatan, utamanya peningkatan gizi," kata Subandi.
Visi dan misi tersebut akan diwujudkan dengan mengembangkan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak, melalui percepatan pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam kandungan, memperbaiki pola asuh keluarga, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang mendukung.Dalam RPJMN 2020-2024, upaya percepatan penurunan stunting menjadi salah satu program prioritas dan masuk dalam daftar proyek major (besar).
[Gambas:Video CNN]
(bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2CJ3WyT
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anggaran Berantas Stunting Rp60 T, Cuma Sampai Rp29 T"
Post a Comment