
Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus memaparkan investasi asing ke sektor tersier mampu tumbuh 8,98 persen di kuartal I 2019. Sebaliknya, pada periode yang sama, pertumbuhan investasi asing ke sektor primer turun 20,22 persen dan sekunder minus 21,07 persen. Kondisi ini, sambungnya, diperkirakan masih berlanjut ke kuartal II 2019.
"Investor semakin tidak melirik sektor-sektor tradable (sektor penghasil barang) contohnya sektor primer dan sekunder yang semakin ditinggalkan," katanya, Rabu (7/8).
Tak heran, pertumbuhan investasi asing tak mampu mendongkrak pertumbuhan sektor rill secara nyata.
Sebagai gambaran, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat PMA naik 4 persen jadi Rp212,8 triliun pada semester I 2019. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri sepanjang paruh pertama tahun ini mandek di posisi 3,7 persen, jauh di bawah pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,06 persen."Artinya, investasi besar yang masuk belum mampu mendorong kinerja sektor riil," imbuhnya.
Menurut dia, kondisi tersebut terjadi karena sektor tersier tak banyak berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB). Berbeda dengan kontribusi sektor primer dan sekunder yang mencapai lebih dari separuh PDB.
Selain itu, sektor tersier juga tak banyak menyerap tenaga kerja. Ia bilang sektor primer dan sekunder lebih bersifat padat karya sehingga mampu menyerap 51 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Terbukti, penyerapan tenaga kerja merosot 11,8 persen dari 289 ribu orang di kuartal II 2018 menjadi 255 ribu orang di kuartal II 2019. Padahal, sesuai catatan BKPM di atas, investasi asing masih tumbuh."Ini mencerminkan investor yang masuk ke sini mencari sektor tersier yang sifatnya banyak diperlukan capital (modal) dibandingkan labor (tenaga kerja)," ucapnya.
[Gambas:Video CNN] (ulf/sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2YTaoA5
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Asing Lebih Lirik Sektor Padat Modal Ketimbang Padat Karya"
Post a Comment