
"Karena ini proyek besar, tentu Pak Menteri (Menteri ESDM Ignasius Jonan) akan melaporkan ke Presiden (Presiden Joko Widodo)," ujar Dwi di kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/7).
Penandatangan revisi PoD ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kesepakatan awal atau Head of Agreement (HOA) pengembangan Blok Masela oleh Dwi dan President Direktur INPEX Indonesia Shunichiro Sugaya di Jepang pada Minggu (16/6) lalu.
Sedianya, revisi PoD ini akan diteken di sela pertemuan negara anggota G20 di Jepang beberapa waktu lalu. Namun, rencana itu terpaksa diundur karena pemerintah harus memberikan klarifikasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait proses pengadaan.
"Ada beberapa hal yang menjadi perhatian KPK. Ada beberapa yang sudah bisa diklarifikasi. Ada beberapa yang nanti dalam implementasinya harus kami awasi dan sebagainya," ujarnya.
Setelah revisi PoD diteken, Inpex selaku operator akan melakukan penyelesaian proses keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID). Penyelesaian FiD diperkirakan akan memakan waktu setahun.
Proses penandatangan revisi PoD Blok Masela sendiri telah memakan waktu belasan tahun. Sebelumnya, Inpex mulai mengelola Lapangan Gas Abadi Masela sejak tahun 1998 sejak ditandatangani kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) dengan jangka waktu 30 tahun.
Pada 2010, pemerintah menandatangani PoD pertama Blok Masela. Kala itu, Inpex memiliki hak partisipasi sebesar 65 persen sedangkan sisanya dimiliki oleh mitranya, Shell Upstream Overseas Services Ltd.
[Gambas:Video CNN]
Pada 2014, Inpex bersama Shell merevisi PoD setelah ditemukannya cadangan baru gas di Lapangan Abadi, Masela dari 6,97 triliun kaki kubik (TCF) ke level 10,73 TCF. Di dalam revisi tersebut, kedua investor sepakat akan meningkatkan kapasitas fasilitas LNG dari 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA dengan skema di laut (offshore).
Namun, dalam perjalanannya, Presiden Joko Widodo meminta pembangunan kilang LNG Masela dilakukan dalam skema darat (onshore) pada awal 2016 lalu. Konsekuensinya, Inpex harus mengulang kembali proses kajian pengembangan LNG dengan skema baru.
Lebih lanjut Pengembangan hulu migas di Masela diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan produksi Gas Bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (mtpa) per tahun (sekitar 9.5 juta ton LNG per tahun dan 150 mmscfd Gas Pipa), dengan target beroperasi (on stream) pada 2027. Adapun investasi pengembangan proyek diperkirakan mencapai US$20 miliar.
(sfr/agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2NSmepR
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jonan Teken Revisi Dokumen Pengembangan Blok Mahakam"
Post a Comment