
Revisi tersebut bukan kali pertama dilakukan oleh lembaga ekonomi global. Sebelum OECD, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga telah terlebih dulu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada Selasa (9/4).
IMF menurunkan target pertumbuhan ekonomi global 2019 sebanyak 0,2 persen menjadi 3,3 persen.
Ia menilai penurunan laju pertumbuhan ekonomi global telah diantisipasi oleh semua pihak. Justru OECD ia bilang telah terlambat menyampaikan revisinya. "Perang dagang tidak menguntungkan siapa-siapa, walaupun Trump (Presiden AS Donald Trump) yakin menang, pasti semuanya menderita," katanya, Kamis (23/5). Untuk itu, ia menilai Indonesia harus berusaha lebih keras untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 3,5 persen.
Untuk mencapai target itu, Indonesia harus pandai membaca peluang untuk sektor-sektor yang berpotensi menggenjot pertumbuhan ekonomi.
"Kalau tahun ini 5,3 persen, 2020 harapannya 5,6 persen. Itu berarti harus pandai-pandai mengarahkan ke bidang-bidang apa saja dalam situasi seperti ini, tidak semua sektor dan bidang sama semua kecepatannya," ujarnya. Ia menyebut salah satu peluang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di tengah pelemahan ekonomi global adalah dengan membuka peluang investasi bagi investor yang sebelumnya telah berinvestasi di China.Menurutnya, investor tersebut diyakini akan mencari tempat baru sebagai akibat dari kenaikan bea masuk produk China ke AS. Namun, hal tersebut tidak mudah.
Pasalnya beberapa negara di Asia Tenggara lainnya juga memiliki tujuan yang sama untuk menggaet investor tersebut.
"Kita bisa mencari jalan mengembangkan ke Indonesia, tapi jangan lupa Vietnam juga mau begitu ,Thailand juga mau begitu. Sehingga itu berarti kemampuan masing-masing untuk mengundang investor dari China," tuturnya. OECD memutuskan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019 dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen. Pemangkasan dilakukan karena OECD memperkirakan arus perdagangan global hanya mampu tumbuh 2,1 persen.Pertumbuhan tersebut terjadi akibat tekanan perang dagang AS-China yang menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi itu menjadi prediksi paling rendah sejak 2016. OECD menyebut ekonomi dunia akan bergerak sedikit lebih baik tahun depan dengan tingkat pertumbuhan menjadi 3,4 persen. Syaratnya; AS dan China membatalkan kenaikan tarif yang diumumkan bulan ini. (glh/agt)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2Es8cnC
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menko Darmin Sebut Perang Dagang AS-China Rugikan Semua Pihak"
Post a Comment