Search

Harga Minyak Tertahan Tensi Panas di Timur Tengah

Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia meningkat tipis pada perdagangan Selasa (21/5), waktu Amerika Serikat (AS), dipicu memanasnya tensi AS-Iran yang berpotensi mengganggu pasokan. Namun hal itu diimbangi oleh kekhawatiran terhadap berlarutnya perang dagang AS-China yang dapat membatasi permintaan minyak mentah.

Dilansir dari Reuters, Rabu (22/5), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,21 menjadi US$72,18 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun US$0,11 menjadi US$62,99 per barel. Kemudian, harga WTI untuk pengiriman Juli ditutup di level US$63,13 per barel.

Pada perdagangan pascapenutupan harga WTI turun tipis setelah Institut Perminyakan Amerika (IPA) merilis data persediaan minyak mentah AS yang naik di luar dugaan sebesar 2,4 juta barel.


Sebagai pembanding, sejumlah analis memperkirakan stok minyak mentah AS pekan lalu turun 599 ribu barel. Data resmi dari pemerintah AS melalui Badan Administrasi Informasi Energi AS yang baru akan dirilis Rabu (22/5), waktu setempat.

"Saya pikir pasar sedang 'menarik nafas', menunggu untuk melihat bagaimana kondisi stok dalam merespons operator kilang di AS yang kembali dari masa perawatan," ujar Pimpinan Lipow Oil Associates Andy Lipow di Houston.

Sejumlah analis menyatakan harga minyak sempat tertahan, utamanya karena sengketa antara AS dan sejumlah negara.

"Situasi (AS) dengan China bersifat menekan harga (bearish) dan situasi dengan Iran bersifat mendongkrak harga (bullish)," ujar Partner Again Capital LLC John Kilduff di New York.


Pada Senin (20/5) lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam Iran dengan kekuatan yang besar jika Iran menyerang kepentingan AS di Timur Tengah.

Pada Selasa (21/5), Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan menyatakan, meski ancaman dari Iran tetap tinggi, langkah-langkah yang diambil oleh Pentagon telah menahan potensi serangan terhadap warga Amerika. Namun, Shanahan tidak memberikan penjelasan secara terperinci.

AS memperkirakan kelompok militer yang terkait Iran melakukan serangan roket ke Baghdad, ibu kota Irak.

Iran menyatakan akan menahan tekanan AS. Iran juga menolak pembicaraan lanjutan di tengah situasi yang berkembang saat ini.


Tensi yang memanas di tengah kondisi pasar yang ketat seiring berlakunya kebijakan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, telah menahan produksi untuk menopang harga sejak awal tahun. Kebijakan kelompok yang dikenal dengan sebutan OPEC+ itu rencananya berjalan selama enam bulan.

Arab Saudi pada Minggu (19/5) lalu telah memberikan sinyal OPEC dan sekutunya akan melanjutkan kebijakan pembatasan pasokan yang dilakukan saat ini.

Selain itu, pasar ketat juga dipengaruhi oleh penutupan pipa di Nigeria dan gangguan pasokan Rusia.

Kendati demikian, berlarutnya perang tarif antara AS -China mengerek kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.

[Gambas:Video CNN]

Sinyal perekonomian AS telah terpukul akibat perang dagang telah mendongkrak nilai tukar dolar AS ke level tertingginya dalam empat pekan terakhir. Akibatnya, harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain di dunia.

Sentimen permintaan minyak mentah yang melemah juga dipengaruhi data perekonomian AS yang mengecewakan. Terbukti, penjualan rumah merosot selama dua bulan berturut-turut. (sfr/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia http://bit.ly/2VWt0ys
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Minyak Tertahan Tensi Panas di Timur Tengah"

Post a Comment

Powered by Blogger.