Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia Iwan Juniarto mengatakan pihaknya akan mendapatkan bagi hasil atau revenue sharing dari pemasangan fasilitas wifi onboard oleh Mahata di sejumlah pesawat dalam grup Garuda. Potensi pendapatan iklan itu didapat dengan asumsi jumlah penumpang mencapai 50 juta dalam satu tahun.
"Dari 50 juta penumpang, diperkirakan US$2-US$4 itu bisa kami ambil pendapatan dari penumpang yang melihat iklan," tutur Iwan, Rabu (8/5).
Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut berapa persentase bagi hasil yang didapat Garuda Indonesia dengan Mahata dari pendapatan iklan. Selain dari bagi hasil pendapatan iklan, Garuda Indonesia juga akan meraih kompensasi hak pemasangan peralatan konektivitas dari Mahata sebesar US$241,9 juta.
Garuda Indonesia dan Mahata menandatangani kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan pengelolaan in flight entertainment dan manajemen konten pada Oktober 2018 dan diperbaharui pada Desember 2018. Periode kerja sama itu berlaku selama 15 tahun.
Ini artinya, hak kompensasi yang harus dibayar Mahata itu mencakup sampai 15 tahun ke depan sejak kerja sama diteken tahun lalu. Namun, Mahata hingga kini belum membayar sepeserpun kewajibannya kepada Garuda Indonesia.
"Kewajiban Mahata adalah membayar hak penggunaan lapak, ini kan pesawat kami ibaratnya kami sewakan kepada orang," ujar Iwan.
Meskipun belum dibayar, manajemen Garuda Indonesia sudah mengakuinya sebagai pendapatan pada buku laporan keuangan 2018 lalu. Fuad menyatakan pihaknya optimistis Mahata segera membayar kompensasi.
"Dari diskusi kami dengan Mahata, mereka masih finalisasi dengan investor. Investor tidak bisa disebut karena proses business to business (b to b)," terang Iwan.
Baru Satu Pesawat Dipasang Wifi Onboard
Sejauh ini, baru satu pesawat milik grup Garuda, tepatnya Citilink Indonesia, yang dipasang fasilitas wifi onboard gratis kepada penumpang. Manajemen menargetkan ada 30 pesawat lagi yang akan dipasang wifi onboard tahun ini.
"15 (wifi) di Citilink Indonesia, lalu empat sampai lima di pesawat Garuda Indonesia jenis A330, dan 10 pesawat Garuda Indonesia jenis 737," ucapnya.
Ia mengatakan pemasangan wifi onboard perlu menempuh sejumlah proses yang terbilang rumit. Hal ini lantaran Garuda Indonesia menggunakan pesawat leasing.
"Perlu mendapatkan izin dari Federal Aviation Administration (FAA), badan otoritas penerbangan sipil," jelas Iwan.
[Gambas:Video CNN]
Untuk pesawat jenis airbus A330, tambahnya, sudah mendapatkan sertifikasi. Namun, untuk Boeing masih membutuhkan waktu lebih lama.
"Boeing masih butuh pembicaraan karena ada kasus terakhir itu," pungkas Iwan.
Sekedar mengingatkan, maskapai Boeing menjadi kontroversial usai FAA melarang pesawat jenis 737 Max 8 beroperasi usai pesawat milik Lion Air jenis tersebut pada akhir 2018, lalu disusul peristiwa jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines pada awal tahun ini. (aud/agi)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2Jv5voL
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Garuda Proyeksi Pendapatan Iklan Kerja Sama Mahata Rp2,8 T"
Post a Comment