Penurunan suku bunga diperlukan demi mendongkrak investasi dan konsumsi yang selama ini menjadi dua pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan telah terjadi perlambatan pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal I menjadi 5,03 persen dari 7,94 persen di tahun lalu.
Dengan kata lain, pelaku usaha tidak terpikat untuk berinvestasi pada kuartal kemarin. Memang, pelaku usaha memilih menunggu (wait and see) menjelang hasil pemilihan umum.
Namun, ongkos berinvestasi yang masih mahal juga diperhatikan investor setelah BI menaikkan BI 7DRRR sebesar 175 basis poin sepanjang tahun lalu. "Turunkan bunga acuan untuk stimulus sektor riil dan kurangi beban pengusaha," jelas Bhima kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/5).
Tak hanya soal investasi, Bhima juga menyoroti pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 5,01 persen, atau hanya naik tipis dari tahun sebelumnya 4,94 persen. Menurutnya, konsumsi ini masih lemah meski sudah ditopang peningkatan belanja bantuan sosial, Dana Desa, dan anggaran pemerintah lainnya.
Jika tak ada stimulus, maka ada kemungkinan konsumsi rumah tangga berisiko hanya tumbuh 4,7 persen hingga 4,9 persen pada semester II mendatang. Hal ini sangat disayangkan, mengingat konsumsi merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi, di mana nilainya mencapai 56,82 persen pada kuartal I lalu.
"(Kalau begini terus) hampir mustahil target ekonomi sebesar 5,3 persen akan tercapai. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi hanya di 5 persen hingga 5,1 persen," jelas dia.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7DRRR setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan pemenang pemilihan presiden 22 Mei 2019 mendatang. Sebab, kepercayaan diri investor tengah tinggi-tingginya karena ketidakpastian politik sudah berakhir.
[Gambas:Video CNN]
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan investasi di kuartal I ini memang melambat karena sentimen politik. Namun, ia yakin kepercayaan investor akan berangsur membaik.
Momen tersebut, lanjut dia, tentu harus dimanfaatkan BI dengan menurunkan suku bunga acuan. Apalagi, pengusaha menilai bunga kredit di Indonesia masih terlalu tinggi, bahkan mencapai dua digit.
Bunga kredit tersebut katanya jauh dibandingkan rata-rata negara Asia Tenggara yang bisa memberikan pembiayaan dengan bunga kredit 7 persen. Dengan penurunan suku bunga acuan, maka investasi bisa bertumbuh dan bisa menopang pertumbuhan ekonomi di kuartal II.
"Kami harap BI mengambil kesempatan pertama untuk bisa mengoreksi suku bunga. Mesti diantisipasi karena ini momen bagus," jelas Hariyadi.
(glh/agt)from CNN Indonesia http://bit.ly/2PRHMAm
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonom dan Pengusaha Desak BI Turunkan Suku Bunga"
Post a Comment