
Maklum saja, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Kendati demikian, Direktur Syariah Bank Danamon Herry Hykmanto mengatakan upaya tersebut tak mudah dilakukan.
Per akhir April 2019 total penyaluran pembiayaan syariah masih mencapai Rp3,5 triliun. Secara tahunan penyaluran pembiayaan tumbuh berkisar 3 persen. Kontribusi pembiayaan tersebut masih kecil terhadap total kredit dan pembiayaan perusahaan.
"Porsi (pembiayaan syariah) kami masih kecil mungkin baru 2 hingga 3 persen," ujar Herry di sela acara buka bersama dengan awak media di Jakarta, Jumat (10/5).
Pembiayaan syariah perusahaan kebanyakan disalurkan untuk peralatan pembangunan sektor infrastruktur dan pembiayaan produktif lain. Rasio pembiayaan macet (NPF) relatif kecil di kisaran 1,3 persen.
Menurut Herry, tantangan terbesar untuk mendorong pembiayaan syariah adalah memberikan informasi dan edukasi, tidak hanya kepada konsumen tetapi juga kepada internal perusahaan. Untuk itu, selama dua tahun terakhir perusahaan fokus mengajarkan skema syariah kepada pegawainya.
"Susah loh itu mengajarkan teman-teman di Bank Danamon yang tidak pernah jualan produk syariah, ada bagi hasil, kan bingung," ujarnya.
Setelah pegawai memahami skema syariah, pegawai dapat memasarkan produknya lebih efektif. Pada akhirnya, aset perusahaan juga ikut terdongkrak.
Selain itu, perusahaan juga berupaya untuk memperbanyak pilihan produk. Misalnya, baru-baru ini, perusahaan meluncurkan produk pembiayaan pemilikan rumah syariah iB akad Musyaraqah Mutanaqisah (MMQ) atau pembiayaan dengan skema kerja sama modal untuk pembelian properti.
Pendapatan atas kerja sama tersebut dibagihasilkan kepada nasabah dan digunakan untuk membeli porsi modal bank secara bertahap sesuai jangka waktu.
"Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah iB akad MMQ ini dapat digunakan baik untuk pembelian rumah/apartmen baru, second, indent atau refinancing. Di akhir masa pembiayaan, porsi modal nasabah menjadi 100 persen sehingga properti menjadi milik nasabah sepenuhnya," ujarnya.
Tantangan penyaluran pembiayaan syariah juga dihadapi oleh anak usahanya yang banyak menyalurkan pembiayaan otomotif Adira Finance.
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengungkapkan, per akhir April, pembiayaan baru (new booking) baru syariah mencapai Rp631 miliar, tumbuh 6 persen secara tahunan. Pembiayaan baru tersebut hanya berkisar 5 persen dari total new booking perusahaan yang mencapai Rp12,55 triliun.
Sementara, outstanding bisnis syariah baru mencapai Rp4,3 triliun atau 8,4 persen dari total outstanding perusahaan yang mencapai Rp51 triliun.
[Gambas:Video CNN]
Sekitar 70 persen pembiayaan disalurkan untuk pembiayaan roda 2.
Di awal, pembiayaan syariah memiliki keunggulan dibandingkan konvensional karena mensyaratkan uang muka (DP) yang lebih rendah. Namun, kini persyaratan DP sama dengan konvensional sehingga perusahaan harus memutar otak agar bisa bersaing. Terlebih, perusahaan meyakini pangsa pasar syariah besar di Indonesia.
Hal itu salah satunya dengan memperkuat infrastruktur internal dan memperbanyak kantor cabang yang melayani pembiayaan syariah. Saat ini, terdapat 25 kantor cabang syariah perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Semua kami siapkan karena kami mau syariah menjadi salah satu produk unggulan kami," ujarnya.
Tak hanya itu, perusahaan juga memperbanyak pilihan produk. Misalnya, selain pembiayaan otomotif, perusahaan juga baru meluncurkan produk pembiayaan umroh untuk karyawan perusahaan.
Dalam hal ini, perusahaan menawarkan kerja sama dengan perusahaan yang akan memberikan fasilitas bagi karyawannya untuk melakukan ibadah umroh. Besaran pembiayaan umroh diperkirakan berkisar Rp20 juta hingga Rp30 juta per jemaah.
Di sektor asuransi, Adira Insurance cukup gesit dalam mendorong bisnis asuransi syariahnya. Chief Sales and Distribution Officer Adira Insurance Auralusia Rimadiana menyebutkan porsi premi syariah per akhir Maret mencapai 13 persen dari seluruh premi dengan pertumbuhan mencapai 20 persen secara tahunan.
Wanita yang akrab disapa Ima ini memaparkan perusahaan terbantu karena menjadi bagian dari grup Danamon yang juga fokus untuk mengembangkan bisnis syariah.
"Adira Finance menjual produk syariah secara otomotis membutuhkan asuransi dan kami siap bantu. Danamon syariah membutuhkan kami juga bantu," ujarnya.
Selain itu, karena sudah merintis bisnis syariah sejak 2004, perusahaan memiliki banyak rekanan dari perusahaan keuangan lain yang juga berbasis syariah.
Saat ini, mayoritas premi syariah berasal dari asuransi kendaraan bermotor. Adapun salah satu produk yang menjadi andalan tahun ini adalah asuransi perjalanan berbasis syariah untuk melindungi pelanggan selama perjalanan umrah dan haji 'Travellin Syariah'. Tahun lalu, produk ini telah melayani lebih dari 160 ribu jemaah haji dan umrah.
"Kita tidak pernah tahu umroh bisa se-booming sekarang," ujarnya. (sfr/agt)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2JwDuxb
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Danamon Kesulitan Dongkrak Bisnis Syariah"
Post a Comment