Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Terpantau, won Korea menguat 0,08 persen, dolar Taiwan 0,06 persen, diikuti baht Thailand dan dolar Singapura yang sama-sama menguat tipis 0,02 dan 0,01 persen.
Di sisi lain, pelemahan terjadi pada ringgit Malaysia sebesar 0,04 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen, serta yen Jepang yang melemah 0,04 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris serta euro melemah dengan nilai masing-masing sebesar 0,08 dan 0,02 persen, serta dolar Australia dan dolar Kanada yang melemah sebesar 0,02 persen terhadap dolar AS. Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah pagi ini disebabkan oleh sentimen positif dari meredanya kekhawatiran Virus Corona.
"Meredanya kekhawatiran terhadap dampak Corona virus masih menjadi pendorong penguatan rupiah," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (24/1).
Namun Ariston merasa sebagian dari pasar masih mewaspadai wabah ini kalau-kalau wabah ini meluas. Selain itu, Ariston mengatakan sentimen positif lainnya datang dari tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang masih di level rendah.
"Itu juga membantu penguatan terhadap dollar AS," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]
Diketahui, saat ini yield berada di kisaran 1.74 persen setelah kemarin berhasil menyentuh kisaran 1.71 persen, level terendah sejak 5 Desember 2019.
Lebih lanjut, Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.600 hingga Rp13.670 per dolar AS pada hari ini. (ara/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2RmQGIA
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Imbal Hasil Obligasi AS Dongkrak Rupiah ke Rp13.636 per Dolar"
Post a Comment