
Kenaikan tersebut bertepatan dengan kembali mencuatnya wacana pemindahan ibu kota. Namun, saham tersebut kembali bergerak fluktuatif pada bulan berikutnya.
Saham Adhi Karya menyentuh level Rp1.800 pada Kamis (18/4) mendekati level tertingginya di Rp1.810 pada Rabu (16/1). Pada penutupan perdagangan Jumat (16/8) saham dengan kode ADHI itu berada di posisi Rp1.390 naik 0,72 persen. Sedangkan sejak awal tahun saham ADHI turun 12,3 persen. Lalu, saham Waskita menyentuh level Rp2.170 pada Senin (29/4) mendekati level tertingginya di Rp2.180 pada Rabu (17/7). Pada penutupan perdagangan Jumat (16/8) saham dengan kode WSKT itu berada di posisi Rp1.815 turun 1,63 persen. Sedangkan sejak awal tahun saham WSKT menguat 8,04 persen.Untuk saham Wijaya Karya menyentuh level Rp2.470 pada Senin (29/4) mendekati level tertingginya di Rp2.490 pada Rabu (17/7). Pada penutupan perdagangan Jumat (16/8) saham dengan kode WIKA itu berada di posisi Rp2.280 turun 2,15 persen. Sedangkan sejak awal tahun saham WIKA menguat 8,04 persen.
Lebih lanjut, saham PP menyentuh level Rp2.490 per saham pada Kamis (18/4) yang merupakan level sejak awal tahun. Pada penutupan perdagangan Jumat (16/8) saham dengan kode PTPP itu berada di posisi Rp1.910 turun 0,52 persen. Sedangkan sejak awal tahun saham PTPP menguat 37,76 persen.
Ia meramalkan kepastian pemindahan ibu kota lewat pidato Jokowi akan kembali mendongkrak saham perusahaan plat merah tersebut. Ia merekomendasikan beli untuk saham ADHI dengan target harga Rp1.470 per saham, WSKT Rp2.025 per saham, WIKA Rp2.475 per saham dan PTPP Rp2.080 per saham.
Di sisi lain, kinerja saham sektor ini memang cukup kinclong. Jika dilihat dari kinerja saham sejak awal tahun, tiga saham BUMN karya berhasil menyalip pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat sebesar 1,49 persen. Hanya saham ADHI yang tercatat melemah."Sektor infrastruktur memang rata-rata bergerak di atas IHSG," imbuhnya.Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menambahkan nilai proyek yang fantastis tentunya akan membawa berkah bagi sektor infrastruktur. Emiten yang diuntungkan dari proyek itu tentunya emiten yang dipercaya membangun sarana dan prasaran penunjang di ibu kota baru.
Pemerintah sendiri telah merancang peta jalan pemindahan ibu kota. Tahun ini, pemerintah akan menentukan lokasi ibu kota. Sedangkan tahun depan, pemerintah akan merampungkan master plan (rancangan) infrastruktur dasar.
Setelah itu, mereka akan melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) di 2021, dan proses pemindahan dimulai pada 2024. "Kami belum bisa memastikan secara rinci emiten mana yang akan diuntungkan. Karena master plan juga baru jadi di tahun 2020," tuturnya. Meski demikian, ia menilai holding BUMN konstruksi memiliki peluang terbesar untuk mendanai skema KPBU yang dimaksudkan pemerintah. Pasalnya, setelah pembentukan holding BUMN konstruksi posisi keuangan akan sangat kuat. "Sehingga akan mudah untuk masuk ke proyek-proyek besar seperti ini," ujarnya. Untuk diketahui, holding BUMN infrastruktur terdiri dari 6 perusahaan dengan PT Hutama Karya (Persero) sebagai induk holding. Sedangkan anggota holding yakni, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Selain perusahaan tercatat, anggota holding BUMN infrastruktur adalah PT Yodya Karya (Persero) dan PT Indra Karya (Persero).Jasa Marga, Adhi Karya, dan Waskita Karya telah mengantongi restu pemegang saham untuk mengubah Anggaran Dasar (AD) sehubungan dengan rencana pembentukan holding. Dengan perubahan anggaran dasar, maka tiga perusahaan plat merah tersebut siap melepas status perseronya.
Saat ini, holding infrastruktur tengah menunggu Presiden Jokowi mengesahkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke Dalam Modal Saham Perusahaan Hutama Karya terbit.
Dari sisi kinerja keuangan, Adhi Karya berhasil unggul ketimbang Waskita Karya pada semester I 2019. Laba Adhi Karya naik 1,08 persen secara tahunan dari Rp212,7 miliar menjadi Rp215 miliar. Namun, pendapatannya turun 10,79 persen dari Rp6,08 triliun menjadi Rp5,42 triliun. Sementara itu, laba Waskita Karya anjlok 66,63 persen dari Rp2,99 triliun menjadi hanya Rp997,82 miliar. Penurunan laba dipicu penurunan pendapatan perseroan sebesar 35,39 persen dari Rp22,89 triliun menjadi Rp14,79 triliun. Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT PP (Persero) Tbk menjadi anggota holding BUMN perumahan dan pengembangan kawasan. Holding ini akan dinahkodai oleh Perum Perumnas.Selain Wijaya Karya dan PP, anggota lainhya adalah PT Virama Karya (Persero), PT Amarta Karya (Persero), PT Indah Karya (Persero), dan PT Bina Karya (Persero). Namun, hingga saat ini rencana holding BUMN perumahan belum tuntas.
Dari sisi kinerja, Wijaya Karya mengantongi kenaikan laba bersih 72,23 persen secara tahunan dari Rp517,25 miliar menjadi Rp890,88 miliar. Akan tetapi, Wijaya Karya juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 12,43 persen dari Rp12,97 triliun menjadi Rp11,36 triliun.Sementara itu, PP menjadi satu-satunya BUMN karya yang menorehkan penurunan laba. Pada semester I 2019, laba perseroan turun 24,25 persen dari Rp479,75 miliar menjadi Rp363,37 miliar. Namun, realisasi pendapatan naik 12,8 persen dari Rp9,5 triliun menjadi Rp10,72 triliun. Penurunan pendapatan mayoritas BUMN karya disebabkan banyak proyek pembangunan infrastruktur yang selesai pada 2018, sehingga mengurangi pendapatan perseroan di enam bulan pertama tahun ini. Dengan demikian, proyek pemindahan ibu kota ini diyakini bisa menggairahkan kembali kinerja perseroan melalui kontrak-kontrak baru. (agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2NdjqSd
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemindahan Ibu Kota Beri Berkah ke Saham BUMN Karya"
Post a Comment