
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan surplus neraca perdagangan membaik seiring dengan kinerja ekspor yang meningkat dan menurunnya impor. Ekspor tercatat mencapai US$14,74 miliar, naik 12,42 persen dibanding bulan sebelumnya, sedangkan impor tercatat turun 5,62 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi US$14,53 miliar.
"Impor pada Mei turun 5,62 persen karena ada penurunan impor migas sebesar 4 persen dan nonmigas sebesar 5,48 persen," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (24/6).
Ia menjelaskan penurunan impor terutama terjadi pada kelompok bahan baku penolong yang turun 7,82 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi US$10,66 miliar. Sementara impor konsumsi masih meningkat 5,62 persen menjadi US$1,54 miliar.
Di sisi lain, menurut dia, ekspor yang meningkat pada Mei, terjadi baik pada ekspor migas maupun nonmigas. Kenaikan tertinggi terjadi pada ekspor migas yang mencapai 50,19 persen dibanding bulan sebelumnnya menjadi US$1,11 miliar.
Ekspor industri pertanian dan industri pengolahan, menurut dia, juga ikut meningkat. Sedangkan ekspor pertambangan mengalami penurunan.
Ia menjelaskan kondisi perekonomian saat ini masih diliputi ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Akibatnya, harga sejumlah komoditas mengalami penurunan.
"Harga komoditas ada yang turun pada Mei dibanding Apri. Misalnya, ICP pada April US$68,31 per barel turun menjadi US$68,07 per barel pada Mei," jelas dia.
Selain harga minyak bumi, harga beberapa komoditas lainnya, seperti miyak kernel, minyak kelapa sawit, batu bara, dan tembaga juga ikut menurun. Padahal, komoditas-komoditas tersebut merupakan ekspor utama Indonesia.
"Sedangkan yang harganya naik itu karet," jelas dia.
[Gambas:Video CNN] (uli/agi)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2N8rsxz
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang Mei 2019 Surplus US$210 Juta"
Post a Comment