
Indikator pertumbuhan ini kemungkinan akan memburuk lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan akibat tarif perdagangan yang lebih tinggi dan berdampak pada perdagangan global. Sentimen bisnis ini lebih lanjut akan mengarah pada kehilangan pekerjaan dan keterlambatan dalam keputusan investasi.
Dikutip dari Reuters, beberapa ekonom memprediksi bakal terjadi resesi global yang berdampak pada persaingan baru tingkat suku bunga rendah jika sengketa dagang tak mereda pada KTT kelompok 20 di Osaka, Jepang.
Di China, detak jantung ekonomi Asia, Indeks Pembelian Manajer Caixin/Markit Manufacturing (PMI) menunjukkan ekspansi moderat di 50,2 menawarkan investor beberapa bantuan jangka pendek setelah indeks resmi pada hari Jumat menunjukkan kontraksi.
Prospek ekonomi tetap suram karena pertumbuhan output merosot, harga pabrik terhenti dan bisnis adalah yang paling tidak optimis pada produksi sejak seri survei dimulai April 2012.
PMI berada di bawah batas 50 poin yang memisahkan kontraksi dari ekspansi di Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan, berada di bawah ekspektasi di Vietnam dan sedikit meningkat di Filipina.
"Kejutan tambahan dari meningkatnya ketegangan perdagangan tidak akan baik untuk perdagangan global dan jika permintaan di AS, Cina dan Eropa terus melunak, yang sangat mungkin, itu akan menjadi pertanda buruk bagi Asia secara keseluruhan," kata Aidan Yao, ekonom senior pasar berkembang di AXA Investment Managers.
Bank-bank sentral di Australia dan India diperkirakan akan menurunkan suku bunga minggu ini, dengan yang lain di seluruh dunia terlihat mengikuti dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
Ekonom HSBC Jingyang Chen mengatakan angka PMI bisa diartikan Beijing akan melipatgandakan pelonggaran untuk sektor perusahaan swasta.
Aktivitas zona euro diperkirakan akan menyusut juga, sementara manufaktur AS diperkirakan akan tumbuh dengan mantap, meskipun para ekonom memperkirakan global pada akhirnya akan memberi umpan balik ke ekonomi AS.
J.P. Morgan mengharapkan bank sentral AS, The Federal Reserve untuk memotong suku bunga dua kali tahun ini, perubahan besar dari perkiraan sebelumnya bahwa suku bunga akan tetap ditahan sampai akhir tahun 2020.
Di India, di mana pertumbuhan sangat bergantung pada permintaan domestik, sektor manufaktur berkembang cepat didorong sentimen kemenangan Perdana Menteri Narendra Modi. Namun, reformasi ekonomi lebih lanjut akan sangat penting.
Filipina mencerminkan permintaan domestik yang kuat dan ketergantungan yang kurang pada perdagangan, sedangkan Vietnam merupakan cerminan dari pengalihan arus bisnis dan perdagangan akibat tarif.
Vietnam telah menjadi penerima manfaat terbesar dari industri-industri yang terancam tarif, seperti telepon pintar dan juga mampu menangkap peluang perpindahan investasi dari perusahaan-perusahaan yang memindahkan produksinya dari China.
"Negara-negara Asia Tenggara, terutama Vietnam dan Thailand, sering dikutip sebagai pilihan utama, dan memang mereka terlihat siap," jelas Analis Societe Generale dalam sebuah catatan.
Sementara secara tidak terduga, ekspor Korea Selatan turun 9,4 persen pada Mei, lebih buruk dari perkiraan sebesar 5,5 persen (Reuters/agi)
from CNN Indonesia http://bit.ly/2wx531D
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Aktivitas Pabrik di Asia Melemah Akibat Perang Dagang"
Post a Comment